Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Begini Kronologis Lengkap Peristiwa Banjir dan Longsor di Barus yang Sebabkan Tiga Warga Meninggal Dunia

Personil Polres Tapteng dibantu warga mengevakuasi korban longsor yang terjadi di Desa Siharbangan, Barus Utara. Tiga warga meninggal dunia akibat bencana longsor tersebut

Tapanuli Tengah - Hujan dengan intensitas tinggi sejak pukul 14.00 WIB pada Jum'at (11/11/2022) menjadi petaka bagi Kota Tua Barus Bertuah, Kabupaten Tapanuli  Tengah, Sumatera Utara. 

Tak hanya Jum'at itu, sepekan terakhir, negeri yang ditetapkan sebagai titik nol masuknya peradaban Islam ke Nusantara ini, saban hari diguyur hujan. Puncaknya Jum'at itu. Intensitas hujan yang tinggi mengakibatkan banjir dan longsor.

Selain merendam ratusan rumah warga di Kecamatan Barus, di Desa Siharbangan, Kecamatan Barus Utara tiga titik mengalami longsor. 

Ketinggian Banjir Capai Atap Rumah Warga

Lokasi terparah terdampak banjir adalah Desa Sigambo-gambo, Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah. Di desa ini, ketinggian air mencapai 3 meter. Bahkan genangan air hingga mencapai atap rumah warga. Evakuasi warga terdampak banjir pun terbilang dramatis. Dengan hanya menggunakan ban karet sebagai pelampung, satu persatu warga dievakuasi ke tempat yang lebih aman

Beruntung tidak ada korban jiwa akibat banjir ini. Namun, puluhan rumah warga terendam banjir, sejumlah perabotan hanyut dan rusak serta sedikitnya lima unit rumah warga rusak akibat terjangan banjir yang tidak biasa ini

"Banjir ini diperkirakan karena sungai Aek Sarasa meluap, Bang," begitu keterangan yang disampaikan Kepala Desa Sigambo-gambo Apre Solli Manalu sebagaimana dilansir pada laman KBRN Sibolga

Apre menjelaskan, 90 persen warganya yang terdiri dari 186 jiwa terdampak banjir tersebut. Meskipun tidak menjadi satu-satunya desa yang diterjang banjir namun Desa Sigambo-gambo menjadi lokasi terparah. Desa lain yang terendam banjir diantaranya adalah Desa Ujung Batu, Kinali, Kampung Mudik, Padang Masiang dan Papan Laut

Fatimah Marbun (58) warga Papan Laut menceritakan bahwa ia dan keluarganya terpaksa mengungsi ke rumah kerabat karena khawatir terjadi luapan banjir yang cukup besar akibat hujan yang tidak berhenti sejak siang.

Meskipun berada di dataran rendah, namun Papan Laut termasuk desa yang aman dari banjir. Namun, hari itu ketinggian air persis di rumahnya mencapai 1 meter. Sehingga timbul ke khawatiran. Apalagi seluruh tetangganya yang terdampak banjir tersebut pun sudah lebih dahulu mengungsi

"Biasanya kalau hujan, paling tinggi airnya cuma sebetis aja, tapi ini sudah hampir 1 meter jadi terpaksalah mengungsi dulu, takut juga kita kan, Nak," cerita Fatimah kepada etalasenasional.com

Perempuan yang kerap disapa Etek Timah ini mengatakan, tingginya banjir di Papan Laut mungkin diakibatkan luapan sungai Aek Sarasa, Sigambo-gambo. Pasalnya, desa Papan Laut tersebut berbatasan langsung dengan desa Sigambo-gambo, sehinga air yang cukup deras tersebut meluber hingga ke desa-desa sekitarnya

Longsor di Desa Siharbangan, 3 Warga Meninggal Dunia

Tak hanya banjir, hujan deras di Barus sekitarnya juga mengakibatkan peristiwa longsor. Ada tiga titik longsor yang terjadi di Kecamatan Barus Utara dan yang terparah adalah di Desa Siharbangan, Kecamatan Barus Utara.

Kepala Desa Siharbangan, Pamilan Tarihoran kepada awak media menjelaskan bahwa longsor terjadi pada Jum'at sore dan diduga akibat intensitas hujan yang cukup tinggi sepekan terakhir khususnya pada Jum'at (11/11). Akibat longsor ini, tiga warga Desa Siharbangan yang masih satu keluarga tertimbun longsor. Dan warga pun secara spontan berupaya mengevakuasi korban dari reruntuhan material longsor dengan menggunakan alat seadanya.  Akan tetapi, upaya tersebut tidak menghasilkan apa pun. 

Hingga akhirnya pada Sabtu (12/11) pukul 03.00 WIB dini hari di datangkan alat berat eskavator ke lokasi. Jauhnya jarak dan beratnya medan menjadi penyebab alat berat ini lambat tiba di lokasi longsor. Akan tetapi, dengan bantuan eskavator tersebut proses pencarian menjadi lebih mudah. Pada pukul 05.00 WIB, jasad korban untuk pertama kalinya bisa ditemukan dan dievakuasi. Korban pertama yang berhasil ditemukan adalah atas nama SS, perempuan usia 4 tahun, disusul penemuan MS, laki-laki usia 9 tahun. Dan pada pukul 06.00 WIB, ditemukan korban ketiga atas nama Natalia Simamora (36) yang merupakan ibu dari kedua korban yang ditemukan sebelumnya

Pasca evakuasi, ketiganya selanjutnya disemayamkan di rumah nenek korban yang jaraknya tak jauh dari lokasi longsor.

Raklin Tamba, Sekretaris Desa Siharbangan menceritakan kronologis terjadinya longsor di Siharbangan. Ia menuturkan longsor tersebut terjadi dua kali. Saat longsor terjadi, ketiga korban sedang berada di dalam rumah, sementara suami korban sedang mencari kerabatnya yang lain di luar rumah

Saat longsor pertama, masih terdengar suara tangisan anak-anak dari dalam rumah. Lalu terjadi longsor kedua yang menimbun rumah rata dengan tanah. Longsor kedua tersebut berlangsung dalam hitungan detik dan membuat suasana semakin mencekam

"Para tetangga yang juga terkena longsor panik dan berusaha menyelematkan diri sambil minta tolong. Dan dalam hitungan detik ketiga korban yang terjebak dirumah turut tertimbun," tutur Raklin 

Posting Komentar

0 Komentar