Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Lagi, BI Sibolga Traning Puluhan Guru SMA/SMK di Padang Sidempuan Terkait CBPR

Kepala KPw BI Sibolga Yuliansah Andrias (kanan) bertukar cenderamata dengan Walikotat Padang Sidempuan Irsan Efendi Nasution pada kegiatan ToT CBPR bagi guru SMA/SMK se-Kota Padangsidempuan dan Tapsel

Padang Sidempuan - Sebanyak 80-an guru SMA/SMK di Kota Padang Sidempuan dan Kabupaten Tapanuli Selatan, mengikuti Training of Trainers (ToT) Cinta Bangga dan Paham Rupiah (CBPR), yang dilaksanakan oleh KPw Bank Indonesia Sibolga, di Hotel Mega Permata, Jalan Imam Bonjol, Kota Padang Sidempuan, pada Senin (13/3/2023).

ToT CBPR tersebut dimaksudkan untuk memberikan pemahaman konprehensip kepada guru-guru SMA sederajat terkait perlunya mengenal rupiah secara fisik serta memahami esensi kehadiran uang rupiah dalam tatanan perekonomian bangsa dan negara.

Mengenal rupiah secara menyeluruh akan menguatkan sendi-sendi perekonomian bangsa serta mencegah terjadinya penyalahgunaan perederaan uang rupiah melalui uang palsu oleh pihak dan orang yang tidak bertanggungjawab.

Pada kesempatan ini, Kepala KPw Bank Indonesia (BI) Sibolga, Yuliansah Andrias, mendorong agar masyarakat benar-benar menjaga dan memelihara kualitas fisik uang rupiah, untuk mudah dikenali dan dibedakan dari uang palsu yang diedarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.


Pada kegiatan yang turut dihadiri oleh Walikota Padang Sidempuan Irsan Efendi Nasution, Kasi SMK Cabdis Wilayah XI Sumut Albenni Havi Damanik dan puluhan guru SMA/SMK tersebut, Yuliansah Andrias mengatakan bahwa uang lusuh dalam konteks Bank Indonesia harus diganti dengan uang baru. Karena uang lusuh tersebut akan menyulitkan masyarakat untuk mengenali ciri-ciri keasliannya.

"Ini akan menimbulkan kerugian dan juga memberi dampak negatif dalam perekonomian. Kemudian, bagaimana misalnya banyak uang palsu beredar, tentu ini akan menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat untuk menggunakan uang," katanya.

Mengingat pentingnya menjaga kualitas uang, BI terus mendorong masyarakat agar memiliki kebiasaan baru dalam merawat dan menjaga uang rupiah agar tidak cepat lusuh dan kualitasnya tahan lama.

"Jika uang rupiah terjaga kualitasnya, maka biaya cetak (uang baru) bisa menurun," ungkapnya.

Untuk itu, lanjut Yuliansah. Melalui program CBPR, masyarakat khususnya guru-guru dapat meneruskan pemahaman terkait CBPR tersebut ke peserta didik di sekolah masing-masing. BI sengaja menyasar dunia pendidikan, karena pada kelompok masyarakat ini, didominasi oleh anak-anak muda yang paling banyak berinteraksi dengan uang rupiah. 

Sebelumnya, lanjut Yuliansah Andrias. Edukasi pengenalan ciri uang rupiah dilakukan melalui metode 3D yaitu dilihat, diraba dan diterawang. Metode yang menitik beratkan pada pengenalan ciri uang rupiah dari aspek fisik ini sukses dijalankan dan ditingkatkan kualitas pemahamannya  melalui program CBPR. Program CBPR tidak hanya mengenal uang rupiah dari aspek fisik semata, tetapi juga aspek sejarah, penggunaan dan  atau peranannya. 

"Pertama kali dulu itu ada 3D. Dan sekarang ada CBPR. Ini adalah metode yang kedua, (yaitu) bagaimana mengedukasi masyarakat itu tidak hanya mengenal ciri-ciri keaslian uang rupiah, tapi juga menimbulkan kebanggaan dan juga pemahaman yang baik atas peranan uang rupiah dalam perekonomian nasional," ulasnya.

Posting Komentar

0 Komentar