Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Arak-Arakan Rabo Gadang pada Festival Mangure Lawik di Sibolga Jadi Event Penutup Pekan Promosi Pariwisata Kota Sibolga Tahun 2022

Tari Dampeng menjadi tarian penyambutan arak-arakan Rabo Gadang dalam festival Mangure Lawik 2022 dalam pekan promosi pariwisata Kota Sibolga tahun 2022 di Pelabuhan Lama Sibolga

Kota Sibolga - Puncak Pekan Promosi Pariwisata Kota Sibolga berlangsung Kamis (29/12). Rangkaian kegiatan tersebut ditutup dengan Festival Mangure Lawik (FML) tahun 2022, yang diinisiasi oleh Forom Komunitas Kreatif (FKK) Kota Sibolga-Tapanuli Tengah.

Sebelumnya, sejumlah kegiatan mulai dari Sibolga Fashion Week, Lomba Masak Khas Sibolga, Lari Lintas Alam, festival Band Lagu Daerah hingga lomba perahu dayung, sukses digelar di destinasi wisata unggulan Kota Sibolga, Pelabuhan Lama sejak Senin (26/12)

Irfan Arhamsyah Sihotang, Ketua Yayasan FKKST kepada etalasenasional.com menuturkan FML 2022 menjadi event penutup dari pekan promosi pariwisata Kota Sibolga tersebut.

Mangure Lawik kata Irfan adalah sebuah tradisi masyarakat nelayan Sibolga-Tapanuli Tengah dalam mengejawantahkan wujud syukur terhadap nikmat Tuhan atas melimpahnya tangkapan ikan masyarakat nelayan Sibolga dan Tapteng dalam periode tertentu.

Rasa syukur tersebut diapresiasikan dalam bentuk doa bersama agar limpahan rezeki tersebut terus berkesinambungan. Lazimnya, Mangure lawik selalu dirangkai dengan pemotongan kepala kerbau sebelum akhirnya di larung ke laut. Namun, tradisi tersebut belakangan mendapat penolakan dari kalangan agamawan karena dinilai bernuansa syirik dan bertentangan dengan keyakinan umat Islam.

FKKST selanjutnya memberikan sentuhan inovatif dari tradisi mangure lawik tersebut dengan tidak menghilangkan esensi mendasar dari pelaksanaannya yaitu wujud syukur dan komitmen bersama dalam menjaga keberlangsungan ekosistem laut dengan sebaik-baiknya.

"Inovasi itu kita tuangkan dalam bentuk Rabo Gadang, sebagai simbol komitmen kita menjaga kelestarian lingkungan di laut," ujar Irfan

Rabo, lanjutnya. Merupakan instalasi buatan yang dapat menjadi rumah ikan untuk berkembangbiak. Melarung Rabo ke titik-titik tertentu di perairan Sibolga-Tapteng akan merangsang ikan untuk membangun sarangnya dan menjadi tempat terumbu karang bertumbuh.

"Tentu, jika melarung Rabo Gadang ini dilakukan berkelanjutan dan didukung oleh seluruh pelaku perikanan di Sibolga dan Tapteng, maka insya Allah, kelestarian habitat perikanan di perairan Tapian Nauli bisa terjaga," ungkap Irfan.

Masih kata Irfan. Mangure Lawik saat ini tidak dapat dipandang sebagai sebuah tradisi biasa saja. Perkembangan zaman telah mengantarkan masyarakat pada sebuah pemahaman baru bahwa Mangure Lawik menjadi sebuah daya tarik baru menggaet wisatawan untuk berkunjung ke Sibolga atau Tapanuli Tengah.

"FKK mencoba mengkemas tradisi Mangure Lawik tersebut memiliki nilai jual berbasis pariwisata yang memiliki daya tarik tersendiri dengan memperkuat nilai-nilai kearifan lokal yang ada dan memiliki aspek edukatif bagi masyarakat dan wisatawan," ulasnya.

Irfan pun mendorong agar semua pihak dapat membangun kolaborasi konstruktif dalam mewujudkan Sibolga sebagai daerah tujuan wisata favorit di Sumut melalui sinergitas semua elemen masyarakat yang ada.

"FKK selama ini telah banyak membangun kolaborasi dengan banyak pihak baik itu Bank Indonesia, PT.Pelindo dan Pemko Sibolga, agar syiar kebangkitan pariwisata Sibolga ini terdengar gaungnya keseluruh nusantara," pungkasnya.

Festival Mangurelawik sendiri diawali dengan mengarak "Rabo Gadang" keliling Kota Sibolga. Rabo tersebut selanjutnya di tandu oleh sekelompok anak muda memasuki panggung utama pekan promosi pariwisata Kota Sibolga di Pelabuhan Lama.

Diawali dengan tari Dampeng khas pesisir Sibolga Tapteng, serta pembacaan komitmen bersama dalam menjaga kelestarian laut, Rabo Gadang tersebut siap dilarung ke laut yang ditandai dengan pemasangan/ penempelan daun pinang pada Rabo Radang tersebut.

Posting Komentar

0 Komentar